Muhammad Abduh

Posted by Unknown on 04.32 with No comments
                                                                  MUHAMMAD ABDUH (1849-1905)
Ijtihad dan Modernisasi Pendidikan Islam
                                                                                     
A.      Hidup dan Karya Muhammad Abduh
Nama                    : Muhammad Abduh
Lahir                      : 1849 M (1265 H) di desa Mahallah Nasr, suatu perkampungan agraris
                                   termasuk Mesir Hilir di provinsi Gharbiyah, ada yang mengatakan bahwa
                                   dia lahir sebelum tahun itu, disekitar tahun 1845 M.
 Ayah                     : Abduh ibnu Hasan Khairillah, punya silsilah keturunan dengn bangsa Turki
Ibu                         : Junainah bin Utsman Al Kabir, punya keturunan dengan Umar bin Khattab.
Pendidikan            : belajar privat pelajaran membaca dan menulis saat usia 10 tahun (1859 M).
                                  Kemudian masa-masa hidupnya ia dedikasikan untuk belajar pada
                                  pamannya, Syekh Darwis Khadr di Tanta dan Al Azhar.
Karya                     : Risalah at-Tauhid, Nahj Al Balaghah, The Theology of Unity,
                                  Tafsir Juz ‘Amma, dan karya monumentalnya, Tafsir Al Mannar.
B.      Ijtihad
      Kondisi dunia lslam pada saat kelahiran dan besarnya Muhammad Abduh sangat memprihatinkan. Sebagian besar masyarakat islam pada masa itu melakukan taqlid dan mengekor saja pada para ulama sehingga bisa dibilang Abduh hup pada masa kejumudan. Dengn kondisi seperti itu membuat Muhammad Abduh  bergerak untuk melakukan Ijtihad. Kejumudan umat islam akan teselesaikan jika pendidikannya dibenahi terlebih dahulu. Ia memfokuskan diri membenahi pendidikan. Pendidikan adalah bagian yang sangat penting sebagai media transformasi nilai dan budaya maupun pengetahuan. Sikap ini pada gilirannya akan melahirkan sikap antisipasi terhadap perkembangan sains moderen.
      Dalam hal berijtihad Muhammad Abduh menekankan hanya bagi orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kekuatan intelektual yang boleh melakukan ijtihad, orang awam hendaknya mengikuti ulama yang mereka percaya dan mengikuti ulama salaf. Abduh mengajak untuk membuka kembali pintu ijtihad, bahwa agama dan ilmu tidak ada pertentangan. Al-Qur’an bukan hanya sesuai dengan ilmu pengetahuan tetapi juga mendorong untuk mengembangkannya. Menurut Abduh, kita harus menggunakan akal afar tidak taqlid, taqlid biasanya dipakai dalam ilmu fikih berkaitan dengan orang yang tidak mengetahui langsung dalil-dalil agama lalu mereka mengikuti saja praktek keberagamaannya pada orang-orang yang patut diteladani. Taqlid sendiri tidak boleh dilakukan dalam bidang aqidah karena aqidah merupakan kepercayaan batin terdalam yang berfungsi sebagai fondasi dalam beragama.
      Abduh menempatkan akal pada posisi yang istimewa, hubungannya dengan aqidah dan syari’at, akal dapat sampai pada pengetahuan bahwa Tuhan itu ada (Maujud) bukti-buktinya adalah eksistensi alam raya ini. Wahyu turun untuk menyempurnakan akal.
      Abduh juga menekankan penafsiran alqur’an. Adbuh dikenal sebagai pencetus “kebebasan rasionalitas” dalam menafsirkan alqur’an.  Kemukjizatan Alqur’an mampu membatalkan sesuatu (fakta atau pengetahuan). Abduh menjadikan rasionalitas sebagai  tahkim (penentu) dalam menjelaskan Alqur’an, ia menggabungkan metode islam demean barat atau ilmu pengetahuan.
C.      Pendidikan
      Sawito dalam bukunya yang berjudul Sejarah Sosial Pendidikan Islam, mengatakan bahwa bagi Muhammad Abduh, yang harus diperjuangkan dalam satu system pendidikan adalah pendidikan yang fungsional, yang meliputi pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan. Semuanya harus mempunyai dasar membaca, menulis, berhitung dan harus mendapatkan pendidikan agama.
      Dalam bidang pendidikan formal Muhammad Abduh mengarahkan pemikirannya kepada empat hal, yaitu tujuan, kurikulum, metode pengajaran dan pemberian pendidikan pada wanita. Untuk mengimbangi antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum dia memasukkan kurikulum ilmu-ilmu yang sebelumnya diabaikan seperti etika, sejarah, geografi, matematika, aljabar dan ilmu ukur walaupun banyak perlawanam terhadap pemakaian kurikulum tersebut. Disinilah Abduh ingin menyampaikan tentang tujuan pendidikan yaitu pendidikan agama dan umum yang berorientasi pada pencapaian kebahagiaan melalui pendidikan jiwa dan kebahagiaan di dunia dengan pendidikan akal.
Muhammad Abduh merumuskan kurikulum pendidikan al Azhar, ia juga merumuskan pendidikan dasar sampai atas.
      Di bidang pendidikan formal, Abduh menekankan pemberian pengetahuan yang pokok, yaitu :
-       Akidah
-       Fikih
-       Sejarah islam
-       Akhlak
-       Bahasa
      Metode pengajaran yang diterapkannya pun juga baru, yaitu :
-       Menerapkan metode diskusi untuk memberikan pengertian yang mendalam kepada murid.
-       Mengubah cara memperoleh ilmu dari metode hafalan demean metode rasional dan pemahaman.
-       Menghidupkan kembali metode munazharah dalam memahami pengetahuan.
-       Mengembangkan kebebasan ilmiah dikalangan mahasiswa al-Azhar.

-       Menjadikan bahasa Arab menjadi ilmu yang berkembang guna keperluan penerjemahan teks-teks pengetahuan modern.