KH Adburrahman Wahid

Posted by Unknown on 04.43 with No comments
KH.Abdurrahman wahid
A.     Biografi
Nama                    : KH.Abdur rahman wahid
Lahir                      : 07 Seppptember 1940 di Denanyar Jombang ,
Meninggal             : 30 Desember 2009.,
Ayahya                  : Kh. Abdul  Wahid hasyim
Ibunya                   : Nyai Hj. Sholehah sama-sama dari keturunan pendiri NU.
Pendidikan        : Beliau pada dasarnya tidak pernah lulus secara formal dalam sebuah pendidikan, karena pemikiran-pemikirannya yang dirasa tidak sejalan dengan prosedur yang ada dalam universitas tersebut. Diawali dari belajar Al-Qur’an dari ayahnya ,dan belajar di pondok pesantren al-Munawwir dibawah asuhan KH. Ali Maksum.tetapi disitu tidak dapat belajar maksimal, pada 1957-1959 beliau belajar di pesantren tegalrejo dibawah asuhan Kh. Chuldlori.dan kemudian kembali kepondok pesantren tambak beras untuk mengurusi skolah muallimat disana.singkat cerita beliau mendapat beasiswa ke Mesir untuk melanjutkan studi S1nya dan lagi-lagi tidak puas, melanjutkan ke Baghdad, namun Baghdad kurang diakui beliau melanjutkan ke Belaanda, Jerman, Perancis dan kembali ke Indonesia pada tahun 1971.
      Di Indonesia beliau bergabung dengan lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial ( LP3ES). Lembaga ini mendirikan majalah yang disebut prisma dan beliau menjadi Kontributor pada majalah ini dengan aktif menjadi seorang penulis yang handal. Kemudian pada tahun 1977 ia bergabung Universitas Hasyim Asy’ari dengan menjadi Dekan di fakultas Ushuluddin sekaligus aktif memberikan matakuliah pada fakultas Tarbiyah dan Ushuluddin.
      Menurut catatan, sebelum ke Jakarta untuk mengembangkan dirinya, sekitar tahun 1974 gus Dur sempat ke IAIN Sunan Ampel Surabaya.awalnya ingin menjadi seorang dosen namun karena beliau tidak memiliki ijazah yang resmi, maka beliau ditolak.
Karya                     : Islam Anda islam kita,
 Tuhan Tidak Perlu di Bela,
Islam kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia dan
Transformasi Kebudayaan     

B.      Pemikiriran Abdurrahman Wahid
Titik tolak pemikiran Gus Dur yaitu dengan mengkritik modernisme yang diuniversalkan dengan menggunakan pisau tradisionalisme Islam. gaya pemikirannya yang mempertahankan tradisi Islam pesantren terbukti dengan pemikirannya mengenai universalisme dan Kosmopolitan peradaban Islam.
Dalam persoalan universalisme islam, beliau tidak merujuk pada Al Qur'an atau hadis seperti yang sering digunakan kelompok Islam modernis, tetapi merujuk pada teori dalam ushul Al fiqh yang disebut dharuriyat Al khamsah.
Kelima hal dasar itu adalah hifz ad Din yaitu tentang keselamatan keyakinan agama masing-masing,tanpa ada paksaan untuk berpindah agama. Kedua, hifz Al nafs yang dimaknai sebagai keharusan keselamatan fisik dari tindakan badani di luar ketentuan hukum. Ketiga hifz al aqli yaitu pemeliharaan atas kecerdasan akal. Keempat, hifz Al nasl yaitu keselamatan keluarga dan keturunan. Dan yang terakhir adalah hifz Al mal yaitu keselamatan hak milik, properti dan profesi dari gangguan dan penggusuran di luar prosedur hukum.
Dengan demikian, bagi Gus Dur universalisme islam itu tercermin dalam ajaran-ajarannya yang mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dibuktikan dengan memberikan perlindungan pada masyarakat dari kezaliman dan kesewenang-wenangan.
Atas makna yang demikian, konsep universalisme islam menjadi terbuka dengan berbagai kemungkinan perkembangan modern. Islam juga menjadi agama yang terbuka sehingga dari sinilah Gus Dur merumuskan konsep kosmopolitanisme Islam.
Dalam pandangan Gus Dur kosmopolitanisme ini berarti menghilangkan batsan etnis dalam kuatnya pluralitas budaya, heterogenitas politik dan kehidupan beragama yang ekletik selama berabad-abad. Watak kosmopolitanisme dan universalisme ini digunakan Gus Dur untuk melakukan pengembangan terhadap teologi Aswaja dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan masyarakat. Hal ini ditujukan agar Aswaja tidak menjadi doktrin yang baku dan beku, tetapi menjadi doktrin yang dinamis. Oleh karrna itu pengenalan Aswaja harus diperluas cakupannya meliputi dasar-dasar umum kehidupan bermasyarakat.
Perlu diketahui bahwa kosmopolitanisme dapat tercapai atau mencapai titik optimal apabila terjadi keseimbangan antara kecenderungan normatif kaum Muslim dan kebebasan berfikir semua warga masyarakat termasuk yang non muslim.
Implikasi dari penanaman nilai-nilai pemahaman kosmopolitanisme dalam pendidikan Islam itu sendiri sangatlah lua, serta dampak dari kosmopolitanisme budaya ini akan memantulkan kehidupan beragama yang ekletik. Kosmopolitanisme pada dasarnya memberi ruang penting pada peran individu dalam membentuk komunitas. Mengingat dampak globalisasi pada relasi-relasi sosial, kosmopolitanisme menegaskan bahwa perbedaan kultur individu, kelompok dan bangsa, itu merupakan batu pijakan dalam membangun tatanan komunitas global.
Secara umum karena kosmopolitanisme merupakan harapan ideal tentang warga dunia tanpa perbatasan. Pandangan lintas kultural dalam Kosmopolitan ini memberi arti akan pentingnya dialog dalam sebuah komunitas dengan landasan saling menghargai dan mengakui, sehingga dapat tercipta kehidupan yang damai.